9.04.2010

Pada Awalnya...

Dalam rentang tahun 2005-2008, kami pernah mengorganisir 32 orang anak Papua usia 10 hingga 19 tahun dalam satu sanggar seni budaya. Hampir semua anak-anak ini secara alami berbakat seni dan memiliki musikalitas yang sangat baik. Tapi dari anak-anak itu, 9 orang drop out SMP, 4 anak tidak selesai SD, 11 orang tidak tamat SMA, dan hanya 5 orang berhasil lulus SMA. Anak-anak ini bukan tinggal di pedalaman jauh yang sulit mengkakses sekolah, melainkan bersama keluarganya mereka menghuni kampung-kampung marjinal di perkotaan Sorong.

Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, di hadapan biaya sekolah yang semakin tinggi, membuat anak-anak ini terabaikan pendidikannya. Pendidikan bukanlah kebutuhan utama, ditambah lagi, kesibukan yang luar biasa untuk mencari nafkah telah membuat banyak orang tua menganggap bahwa anak sekedar tumbuh secara fisik, cukuplah sudah. Selain itu menurut para orang tua, anak-anak sendiri kurang berminat pergi sekolah, dan lebih suka menghabiskan harinya untuk bermain sesuka hati. Orang tua bersikap permisif terhadap kebiasaan ini, sehingga sepanjang tahun semakin banyak saja anak muda drop out,an pada gilirannya terbentuklah lingkungan “tidak suka sekolah” yang terwariskan dari generasi ke generasi.

Melihat kondisi di atas, kami mencoba melakukan sebuah upaya perubahan, yang dimulai dari hal kecil dan sederhana. Sebuah sanggar belajar untuk anak-anak bernama Bunga Papua di dirikan untuk mengenalkan proses belajar dan menanamkan cinta “sekolah” kepada anak-anak sejak dini. Bunga Papua juga mengundang para orang tua dalam diskusi rutin untuk membahas proses, memaknai, dan menentukan arah pendidikan di sanggar. Para orang tua adalah komite pendidikan di Bunga Papua, ikut memiliki sanggar belajar dan mengontrolnya. Secara bertahap diharapkan proses diskusi akan berdampak pada perubahan pola pikir terhadap pendidikan anak. Bahwa pendidikan bukan hal yang terberi, melainkan sesuatu yang harus diperjuangkan. Harus ditumbuhkan keyakinan bahwa hanya dengan pendidikan, kehidupan manusia Papua akan menjadi lebih baik.